Propolis Artikel Utama Majalah Trubus No.482 Januari 2010
PropolisAtasi 30 Penyakit
Terbukti Secara Ilmiah
Peti
mati dan lokasi pemakaman Tarsisius Sarbini sudah disiapkan. Kondisi
pria 61 tahun itu memburuk akibat penyakit jantung koroner. Dokter
menawarkan operasi by pass untuk mengatasi pencabut nyawa nomor wahid
itu, tetapi keluarga menolak.
Bagi
pasangan Tarsisius Sarbini dan Sri Subekti yang berprofesi guru, biaya
operasi Rp150-juta itu sangat mahal. ‘Jika rumah saya jual juga tak
menyelesaikan masalah. Saya tak mau menyengsarakan anak-istri,’ kata
Sarbini yang merokok sejak 1970 dan menghabiskan 3 bungkus setiap hari
mulai 1985 hingga 1995. Apalagi menurut dokter yang merawat peluang
sembuh setelah operasi hanya 50%. Dalam kondisi pasrah itu sebuah peti
mati pun disiapkan.
Tak ada
pilihan lain bagi Sri Subekti selain harus membawa suami kembali ke
rumah. Pada 5 September 2005 itu mereka meninggalkan rumahsakit di
Bandung dan pulang ke Depok, Jawa Barat. Pria kelahiran Banyumas, Jawa
Tengah, 14 Maret 1944 itu hanya terbaring. Seluruh aktivitasnya
dilangsungkan di atas tempat tidur. Keluarga bagai menanti dentang
lonceng kematian Sarbini.
Pertahanan kota
Jauh
sebelum disarankan operasi, Sarbini berupaya keras mencari kesembuhan.
Ia mengkonsumsi beragam herbal. Sekadar menyebut contoh ia rutin minum
segelas rebusan daun keluwih Artocarpus altilis. Lama konsumsi 3
bulan, belum juga membawa perubahan. Ia juga disiplin menelan 9 jenis
obat yang diresepkan dokter 3 kali sehari, tetapi 7 sumbatan di jantung
belum juga teratasi.
Beberapa hari setelah tiba di rumah, H Anwar, orangtua dari murid yang ia didik, menyodorkan propolis.
Sarbini pun patuh dan mengkonsumsi propolis 3 kali sehari. Tiga jenis
obat dari dokter – sama dengan yang di konsumsi sebelumnya – ia telan 1
jam setelah menelan propolis. Sepekan berselang, pria 65 tahun itu merasakan khasiatnya. ‘Saya bisa berjalan 5 meter dan mengangkat gayung,’ kata Sarbini.
Itu
kemajuan luar biasa. Sebelumnya, jangankan berjalan, bangkit dari
tidur pun ia tak mampu. Dada yang semula sakit seperti ditusuk-tusuk
pisau, intensitasnya kian berkurang. Keruan saja istri dan keluarganya
senang bukan kepalang. Sebulan kemudian ia merasa sangat bugar. Saat
ditemui Trubus di rumahnya pada 16 Desember 2009, Sarbini tampak gagah.
Aktivitasnya
jalan sehat ketika pagi dan mengajar pada siang hingga sore hari.
Singkat kata keluhan-keluhan yang dulu ia rasakan, hilang sama sekali.
Kesembuhannya memang belum ia buktikan melalui pemeriksaan medis.
Setelah kondisinya membaik, 4 tahun terakhir Sarbini belum memeriksakan
jantung lantaran biaya relatif mahal, mencapai Rp25-juta.
Menurut
dr Robert Hatibi di Jakarta sembuhnya Sarbini dari penyumbatan
pembuluh darah jantung karena kemampuan propolis mengikat radikal bebas
sehingga sumbatan terkikis. Sumbatan itu akibat nikotin dalam rokok
yang menebalkan dinding pembuluh darah di jantung. Selain mengikis, ‘Propolis juga menjaga kemudian mempertahankan elastisitas dan daya kapilaritas aorta serta vena jantung,’ kata Hatibi.
Mumi
Propolis yang dikonsumsi Sarbini merupakan produk yang dihasilkan lebah. Spesies yang banyak diternakkan adalah Apis cerana dan Apis mellifera. Propolis berbeda dengan madu, produk utama lebah. Madu terdapat di dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Pada sarang buatan berupa kotak kayu, lebah-lebah pekerja meletakkan propolis di celah antarpapan, bingkai, atau tutup sarang.
Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor mengatakan lebah pekerja mengolah propolis
dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit
beragam tumbuhan seperti akasia dan pinus. Menurut Dolok Tinanda Haposan
Sihombing, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, propolis merupakan bahan campuran kompleks terdiri atas malam, resin, balsam, minyak, dan polen.
Kata propolis
berasal dari bahasa Yunani: pro berarti sebelum, polis bermakna kota.
Kota dalam kehidupan serangga sosial itu adalah sarang. Secara harfiah propolis bermakna sebelum sampai kota. Bagi lebah propolis
bermanfaat menambal celah-celah sarang, menutup lubang, dan
mensterilkan sarang. ‘Kota’ lebah selalu dalam kondisi steril berkat propolis.
Hotnida
mengatakan fungsi propolis lain adalah membungkus atau memumikan
bangkai hama yang masuk ke sarang lebah. Dengan demikian propolis
menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, cendawan, dan virus
sehingga penyakit tak tersebar dan sarang tetap steril. Hama yang
dibungkus dengan propolis pun menjadi awet dan tak
busuk lantaran propolis bersifat antibakteri. Metode itulah yang ditiru
oleh nenek moyang bangsa Mesir untuk mengawetkan jenazah.
Menurut
Ir Bambang Soekartiko, pemilik Bina Apiari, kualitas propolis
tergantung dari sumber tanaman dan proses pembuatan. Tanaman sumber propolis
di negara subtropis seperti Bulgaria, Korea, dan Rusia adalah pohon
poplar Populus sp. Brasil mempunyai Bacharis dracunculifolia dan
Dalbergia sp masing-masing sebagai sumber propolis hijau dan merah yang
mempunyai bioflavonoid tinggi. Brasil sohor sebagai negara utama
produsen propolis di dunia.
Produknya
yang terkenal adalah propolis hijau bermutu tinggi karena kandungan
bioflavonoid yang tinggi. Flavonoid merupakan komponen tumbuhan yang
bersifat sebagai bahan-bahan anticendawan, antibakteri, antivirus,
antioksidan, dan antiinflamasi. ‘Di Indonesia belum ada penelitian
jenis tanaman sumber propolis yang kandungan bioflavonoid tinggi,’ kata
Soekartiko (baca: Rahasia dalam Sebuah Sarang halaman 25).
Kotoran?
Warna propolis beragam, meski pada umumnya cokelat gelap. Namun, kadang-kadang ditemukan juga propolis berwarna hijau, merah, hitam, bahkan putih tergantung dari sumber resin. Produksi propolis
relatif kecil, 20 gram setahun dari 200.000 lebah. Karena warnanya yang
cenderung gelap itulah banyak peternak lebah menganggap propolis
sebagai kotoran.
Apalagi para peternak itu juga belum mengetahui khasiat propolis. Oleh karena itu mereka justru membuang propolis dari sarang karena menganggap kotor. Padahal, untuk memanen propolis,
relatif mudah. Peternak mengerok secara hati-hati dan mengekstraknya
(baca: Kuncinya pada Pelarut halaman 20). Nah, karena jarang dilirik
peternak, maka penggunaan propolis untuk kesehatan kalah populer
ketimbang produk lebah lain seperti madu dan royal jeli. Peternak lebah
di Amerika Serikat juga menganggap propolis sebagai bahan pengganggu. Propolis melekat di tangan, pakaian, dan sepatu ketika cuaca panas serta berubah keras dan berkerak ketika dingin.
Padahal,
harga propolis jauh lebih mahal daripada madu. Saat ini di Indonesia
harga propolis di tingkat peternak mencapai Rp700.000; madu, Rp35.000
per kg. Baru pada akhir 1990-an propolis dilirik
sebagai bahan berkhasiat ketika Jepang meriset lem lebah untuk
kesehatan. Takagi Y dari Sekolah Kesehatan Universitas Suzuka
membuktikan keampuhan propolis meningkatkan sistem
imunitas tubuh. Riset lain dari University of Japan membuktikan bahwa
propolis mengurangi risiko sakit gigi. Dari pembuktian ilmiah itulah
penggunaan propolis sohor di Jepang.
Riset ilmiah
Seiring dengan tren pemanfaatan propolis,
para periset menguji ilmiah lem lebah itu. Dra Mulyati Sarto MSi,
peneliti di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, membuktikan bahwa propolis sangat aman dikonsumsi. Dalam uji praklinis, Mulyati membuktikan LD50 propolis mencapai lebih dari 10.000 mg. LD50 adalah lethal dosage alias dosis yang mematikan separuh hewan percobaan.
Jika dikonversi, dosis itu setara 7 ons sekali konsumsi untuk manusia berbobot 70 kg. Faktanya, dosis konsumsi propolis
di masyarakat amat rendah, hanya 1 – 2 tetes dalam segelas air minum.
Dosis penggunaan lain pun hanya 1 sendok makan dilarutkan dalam 50 ml
air.
‘Tingkat toksisitas propolis
sangat rendah, jika tak boleh dibilang tidak toksik,’ kata Mulyati.
Bagaimana efek konsumsi dalam jangka panjang? Master Biologi alumnus
Universitas Gadjah Mada itu juga menguji toksisitas subkronik. Hasilnya
konsumsi propolis dalam jangka panjang tak menimbulkan
kerusakan pada darah, organ hati, dan ginjal. Dua uji ilmiah itu –
toksisitas akut dan toksisitas subkronik – membuktikan bahan suplemen
purba itu sangat aman dikonsumsi.
Propolis
itu pula yang dikonsumsi Evie Sri, kepala Sekolah Dasar Negeri
Kertajaya 4 Surabaya, untuk mengatasi kanker payudara stadium IV. Evie
akhirnya sembuh dari penyakit mematikan itu. Kesembuhannya selaras
dengan riset Prof Dr Mustofa MKes, peneliti di
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang meriset in vitro
propolis sebagai antikanker. Sang guru besar menggunakan sel HeLa dan
Siha – keduanya sel kanker serviks – serta T47D dan MCF7 (sel kanker
payudara).
Selain itu ia juga
menguji in vivo pada mencit yang diinduksi 20 mg
dimethilbenz(a)anthracene (DMBA), senyawa karsinogenik pemicu sel
kanker. Frekuensi pemberian 2 kali sepekan selama 5 minggu. Hasil riset
menunjukkan propolis mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nilai
IC50 pada uji in vitro mencapai 20 – 41 ?g/ml. IC50 adalah inhibition consentration alias konsentrasi penghambatan propolis terhadap sel kanker.
Untuk
menghambat separuh sel uji coba, hanya perlu 20 – 41 ?g/ml. Angka itu
setara 0,02 – 0,041 ppm. Bandingkan dengan tokoferol yang paling top
sebagai antioksidan. Nilai IC50 tokoferol cuma 4 – 8 ppm.
Artinya ntuk menghambat radikal bebas dengan propolis perlu lebih
sedikit dosis ketimbang tokoferol. Dengan kata lain nilai antioksidan
propolis jauh lebih besar daripada tokoferol.
Pada uji in vivo,
propolis berefek antiproliferasi. Proliferasi adalah pertumbuhan sel
kanker yang tak terkendali sehingga berhasil membentuk kelompok. Dari
kelompok itu muncul sel yang lepas dari induknya dan hidup mandiri
dengan ‘merantau’ ke jaringan lain. Antiproliferasi berarti propolis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
‘Terjadi penurunan volume dan jumlah nodul kanker pada tikus yang diberi 0,3 ml dan 1,2 ml propolis,’ ujar dr Woro Rukmi Pratiwi MKes, SpPD, anggota tim riset. Dalam penelitian itu belum diketahui senyawa aktif dalam propolis
yang bersifat antikanker. Namun, menurut dr Ivan Hoesada di Semarang,
Jawa Tengah, senyawa yang bersifat antikanker adalah asam caffeat
fenetil ester.
Terpadu
Banyak bukti empiris yang menunjukkan penderita-penderita penyakit maut sembuh setelah konsumsi propolis.
‘Penyakitnya berat yang dokter spesialis sudah pasrah,’ kata dr Ivan.
Sekadar menyebut beberapa contoh adalah Siti Latifah yang mengidap
stroke, Wiwik Sudarwati (gagal ginja), dan Rohaya (diabetes mellitus).
Menurut dr Hafuan Lutfie MBA mekanisme kerja propolis sangat terpadu. Dalam menghadapi sel kanker, misalnya, propolis bersifat antiinflamasi alias antiperadangan dan anastesi atau mengurangi rasa sakit.
Yang
lebih penting propolis menstimuli daya tahan tubuh. ‘Tubuh
diberdayakan agar imunitas bekerja sehingga mampu memerangi penyakit,’
kata Lutfie, dokter alumnus Universitas Sriwjaya. Kemampuan propolis
meningkatkan daya tahan tubuh disebut imunomodulator. Dr dr Eko Budi
Koendhori MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
membuktikan peningkatan kekebalan tubuh tikus yang diberi propolis.
Biasanya infeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab
tuberkulosis (TB) – menurunkan kekebalan tubuh dengan indikasi
anjloknya interferon gamma dan meningkatkan interleukin 10 dan TGF.
Interferon gamma adalah senyawa yang diproduksi oleh sel imun atau sel T
yang mengaktifkan sel makrofag untuk membunuh kuman TB. Interleukin
dan TGF merupakan senyawa penghambat interferon gamma.
Doktor
ahli tuberkulosis itu membuktikan interferon gamma tikus yang diberi
propolis cenderung meningkat hingga pekan ke-12. Sebaliknya interleukin
10 justru tak menunjukkan perbedaan bermakna. ‘Pemberian propolis
pada mencit yang terinfeksi TB mampu mengurangi kerusakan pada
paru-paru dengan cara meningkatkan sistem imun tubuh,’ kata dr Eko.
(Sardi Duryatmo/Peliput: Argohartono, Nesia Artdiyasa, & Tri Susanti)Sumber:http://www.trubus–online.co.id
Apakah bisa di konsumsi buat burung berkicau yg sakit
BalasHapusApakah bisa di konsumsi buat burung berkicau yg sakit
BalasHapus